![]() |
A Little Bit about Me
Anggi Rizky Firdhani.18 years old. Freshman of English Department of Universitas Padjadjaran. Lady gamers, kinda autism, ceria, dan baik hati haha. I'm the real Shinici Kudo's girlfriend ♥ Sundanese. RIOTERS!♥♥♥♥ FYI, this blog's still under construction ;) |
|
Twitter
![]() Chat
Contact
My Facebook
My Formspring
Archives
PingBox
|
Cerpen tugas
Hanya Anak Kecil Oleh: anggi rizky firdhani Kadang aku tidak mengerti mengapa Tuhan selalu memberiku memori khusus di dalam ruang otakku untuk selalu mengingat dirinya, dirinya yang seharusnya aku lupakan. Tuhan selalu memberiku mimpi-mimpi yang membuat hatiku pilu, tapi tak bisa aku pungkiri kalau aku meraa senang juga disaat mimpi itu datang, karena di mimpiku itu, aku bisa bertemu dengan orang yang aku sayangi. Karena untuk bertemu di dunia nyata, rasanya aku tak sanggup.
........... Senin, 3 Januari 2011.Awal tahun yang cerah, membahagiakan dan tidak bisa ditebak. "Huaaaahm...." aku baru saja terbangun dari tidurku. Senang sekali rasanya, karena disaat aku membuka mata, aku sudah berada di rumah asliku, di Jakarta! Yap, aku akan berlibur selama seminggu penuh disini. Ini adalah hari pertamaku berlibur di Jakarta. Senang sekali rasanya bisa berkumpul dengan keluargaku, karena sudah empat bulan lebih aku tidak bertemu mereka. Tapi, jujur saja ada tujuan lain yang membuatku ingin berlibur di Jakarta. Aku ingin bertemu dengan, hmm, dengan orang yang aku cintai selama ini,hahaha. Dialah cinta pertamaku dari sejak aku lahir. Dia tinggal di Jakarta, sedangkan aku tinggal di Sumedang. Aku mengenal dia disaat aku mengikuti suatu seminar anak di Bandung pada bulan Agustus yang lalu. Singkat cerita, aku pun menjalin hubungan "cinta monyet" dengan dirinya, haha. Karena kita terpisah oleh jarak, aku pun tidak bisa sering-sering menemuinya. Maka dari itu, di liburan sekarang ini, aku akan memanfaatkan waktu liburanku untuk bermain-main dengan dirinya, hihi. Astaga aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Anggi, aku masih berusia 16 tahun dan sekarang duduk di kelas 2 SMA di salah satu SMA favorit di kota Sumedang. Rumah asliku di Jakarta, tapi karena nenekku sekarang tinggal sendiri di Sumedang, maka aku pun pindah sekolah dari Jakarta ke Sumedang untuk menemani nenekku. Kembali lagi ke pagi hari yang cerah. Sebuah SMS sudah "nangkring" dengan manisnya di display handphoneku. Sudah bisa kutebak, sms itu pasti dari si "dia". Benar saja, isi smsnya adalah kalau dia akan mengajakku bermain hari ini. Ya, aku akan menghabiskan waktuku bersamanya, seharian ini, di tanggal 3 Januari yang cerah ini! Sumpah, aku grogi! Ini adalah kali pertamanya aku akan pergi bersama laki-laki yang sudah berhasil mencuri hatiku, haha lebay ya? Sudah kubilang dia adalah cinta pertamaku. Tanpa berpikir panjang Aku pun segera bergegas untuk mandi dan merapikan diri, dan setelah berpamitan pada orang tuaku, aku akan siap berangkat! Pukul 11 pagi, Sky Rink Mall Taman Anggrek. Singkat cerita, aku sudah berada di Sky Rink, tempat ice skating yang berada di Mall Taman Anggrek, Jakarta Barat. Di salah satu kursi yang berada di ruang tunggu, aku duduk manis menunggu orang yang sudah lama aku rindukan. Disaat aku sedang melamun di kursi itu, tiba-tiba... "Anggi!" seorang laki-laki berteriak memanggilku dari belakang sana. Aku menoleh, dan aku melihat sesosok laki-laki yang aku sayangi selama ini, selain ayahku. Septian namanya. Aku pun segera bergegas menghampirinya di seberang jalan sana. Aku terkesima melihatnya, sambil tersenyum malu aku pun berjabat tangan dengannya. Ia terlihat tampan sekali dengan menggunakan kemeja kotak-kotak kuning dan celana panjang hitam, serta kacamata yang bertengger di hidungnya membuat ia terlihat lebih dewasa. Aku grogi, dia pun demikian. Ia tertegun sesaat, tapi tak lama kemudian ia mulai angkat bicara. "Kamu udah nunggu lama?" tanyanya padaku. " Enggak kok, paling baru 15 menit aja." balasku. Setelah itu, kami saling diam, canggung, tidak bergerak seraya melihat ke dalam arena ice skating. Sungguh aku grogi! Baru kali ini aku "jalan" bareng sama seorang cowok. Aku stuck, aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku lihat dia pun demikian. Badan tingginya kaku seperti tiang. Aku tahu dia itu pemalu, jadi sampai kapanpun ia tidak akan berbicara sebelum aku yang memulainya. Dengan gerak-gerik yang masih canggung, aku pun memulai pembicaraan. " Hmm.. daripada buang-buang waktu disini, kenapa kita gak coba main ice skating aja?" ucapku seraya menunjuk-nunjuk area ice skating. " Boleh, yaudah kita main aja yuk!" ajaknya kepadaku. Suasana sudah mulai mencair. Aku pun segera masuk ke area ice skating dengan dirinya. Di area ice skating aku benar-benar menikmati masa-masa kebersamaanku dengan dirinya. Kita saling bercanda satu sama lain, sampai-sampai aku terjatuh. Suasana semakin akrab dan akupun larut bersama dirinya. Setelah puas bermain ice skating, kita berkeliling-keliling mall sampai kakiku kesemutan. Hingga pada akhirnya, kita pun beristirahat di salah satu restoran makanan cepat saji. Disaat aku menunggu pesanan makananku datang, aku bertanya pada dirinya. " Dud." ujarku. Dud itu panggilan akrabku untuk Septian. " Ya?" balasnya " Boleh aku tanya sesuatu?" tanyaku. " Kenapa? Bilang aja." " Hmm... Kita kan udah ketemu sekarang, aku tau pasti kamu kaget liat aku yang sekarang, karena kita emang udah lama banget kan gak ketemu?" ucapku panjang lebar. " Uhm, iya kita emang udah lama gak ketemu. Terus kenapa Ndut?" ujarnya. Ndut adalah panggilan akrab dari dia untukku. " Kamu kecewa gak sama aku yang kayak gini?" tanyaku pasrah. " Wew, kenapa kamu nanyanya kayak gitu sih?" ujarnya kaget. " Yaa..Aku takut aja Dud. Aku tau aku pasti gak sesuai sama bayangan kamu. Aku jelek, aku gak ada apa-apanya, dan aku ini cuma anak kecil yang baru pertama kali kenal sama yang namanya cinta-cintaan, sedangkan kamu udah gede, udah 18 tahun. Bilang aja ya Dud kalau kamu kecewa sama aku, jangan ada yang ditutup-tutupin." ucapku panjang lebar, pasrah tentunya. " Azzz Ndut, siapa yang bilang kalau aku..." ucap Septian terpotong. Makanan pesanan kami sudah datang dan pembicaraan pun dihentikan. Aku segera menikmati makananku, ia pun demikian. Tak terasa Waktu sudah hampir malam, dan aku pun harus segera pulang. Sebelum pulang, ia mengajakku duduk sebentar di luar mall untuk mengatakan sesuatu. Rupanya, ia ingin menjawab pertanyaanku tadi, bahwa ia kecewa padaku atau tidak. "Ndut, aku mau lanjutin pendapat aku yang tadi." ucap Septian padaku. "Apa itu?" tanyaku. " Ndut, siapa yang bilang aku kecewa sama kamu? Aku udah bilang kalau aku itu gak pernah liat fisik. Aku suka pribadi kamu, kamu emang masih 16 tahun tapi aku ngerasa kalau kamu lebih dewasa dari usia kamu. Percaya sama aku, aku gak kecewa sama kamu." ucapnya padaku dengan senyum, seraya mengucek-ngucek kepalaku sehingga rambutku acak-acakkan. Aku hanya diam dan tersenyum simpul, sesaat aku merasa bahagia tapi entah mengapa perasaanku mendadak tidak enak. Ada yang ganjil dari senyumnya, seperti ada yang dibuat-buat. Ah, aku berusaha membuang jauh-jauh pikiran jelekku itu, karena hari ini aku harus bahagia bersamanya. Taxi sudah ada di depan mata, aku harus segera pulang. Sebelum pulang aku bersalaman dengannya untuk berpamitan, dan ia pun menepuk pundakku. " Byee, hati hati ya" ucap Septian seraya melambaikan tangan. " Iya, byeee." ucapku. Kututup jendela mobil taxi, dan akupun menghela nafas panjang. Aku melihat dirinya sudah pergi meninggalkan mall. Sepanjang perjalanan, aku hanya bisa senyam-senyum sendiri mengingat hal yang telah kita lakukan sepanjang hari tadi. Bener-bener full of happines. Walaupun aku merasakan sedikit keganjilan, tapi keganjilan itu segera aku musnahkan dengan memor-memori yang menyenangkan yang telah kita lewati tadi. Aku rasa, ini adalah hari yang paling membahagiakan di dalam hidupku. Tapi sayang, semua kebahagiaan itu ternyata musnah di beberapa hari berikutnya. .......... 5 Januari 2011, pukul 09.00 Detik berganti, menit berganti, jam berganti, dan hari pun berganti. Tak terasa hubunganku dengan Septian sudah berjalan 6 bulan di tanggal 5 Januari ini, hehe lumayan lama ya? Dan tepat dua hari yang lalu aku menghabiskan waktu bersamanya. Tapi, pasca aku ketemuan sama dia, tiba-tiba aku mulai merasakan keganjilan di dalam hubungan cinta monyetku ini. Tumben, jam 9 pagi belum ada sms dari Tian yang nongol di display handphoneku. Tidak seperti biasanya, tidak seperti biasanya ia tidak menyapaku di pagi hari. Pikiran yang aneh-aneh mulai bertamu di otakku. Aku parno. Ah daripada aku diserang parno yang makin menggila, akupun berinisiatif untuk meng-sms dia duluan. Aku menyapanya dengan ucapan selamat pagi dan ucapan congrats kepada kita berdua, karena tanggal 5 Januari ini hubungan kita tepat berusia 6 bulan. Satu jam berlalu, dua jam berlalu, tiga jam berlalu, dan waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Septian tak kunjung membalas sms ku. Aku cemas. Ditengah kecemasanku itu, tiba-tiba handphoneku berdering, ada telepon rupanya. Aku terperanjat ketika melihat siapa orang yang meneleponku. Septian! Tak segan-segan aku mengangkat telepon darinya. " Ha..halo?"ucapku terbata karena kaget. " Ndut, aku ganggu gak telepon jam segini?" tanyanya. " Uhm, enggak kok. Kenapa Dud?" tanyaku. " Aku pengen ngebicarain sesuatu sama kamu." ucap Septian serius. Dheg! Jantungku mulai berdetak cepat. Perasaanku seketika menjadi tidak enak. " A..ada apaa?" " Anggi, setelah aku pikir-pikir, kita ada baiknya harus pisah dulu buat sekarang. Bukan kenapa-napa Ndut, bukannya aku udah nggak sayang sama kamu. Aku pikir, masa depan kita ini masih panjang, aku pengen serius belajar karena sebentar lagi UN dan kamu juga harus serius belajar buat masa depan kamu. Aku gak mau hubungan kita ini malah ganggu konsentrasi belajar kita, kamu khususnya. Maaf ya ndut, bukannya aku gak sayang sama kamu."ujarnya panjang lebar. Aku terdiam. Lidahku serasa beku, aku tidak bisa berkata apa-apa. Mataku tidak berkedip, dan tak terasa mataku sudah basah. Aku serasa kehilangan jantungku. "Ndut, kok diem?" tanya Septian padaku. " Eh, emm engga apa-apa kok." ucapku menahan tangis. Susah sekali rasanya aku untuk berbicara saat itu. " Ndut maaf ya. Kita masih bisa kan temenan? Masa depan kamu masih panjang Ndut, kamu pasti bisa dapetin cowok yang lebih baik daripada aku. Kamu masih 16 tahun, aku juga masih 18 tahun. Jangan sedih ya?" ujar Septian kepadaku. Aku terdiam. Aku sudah tidak bisa menahan semuanya. Kututup teleponku tanpa mempedulikan omongan dari Septian. Seketika aku menangis sejadi-jadinya. Baru kali ini aku merasakan sakit hati yang benar-benar sakit hati. Semalam aku hanya bisa menangis, huh bener-bener termehek-mehek. Sebenarnya aku benci menangis, tapi aku harus bagaimana lagi? Aku sudah tak bisa untuk berpura-pura kuat. Kubiarkan diriku untuk menangis sepuasnya, hingga aku lelah dan tanpa sadar aku pun sudah terbawa ke alam mimpi, dengan air mata yang tentu saja masih berbekas di pipiku. Keesokan harinya, disaat aku membuka mata, aku mencoba bangkit dari kasurku dan duduk di kursi yang berada tepat di sebelah kasurku. Aku terdiam, mencoba mencerna kata-kata yang diucapkan oleh Septian tadi malam. Aku hanya bisa diam, dan aku sakit hati. Sakit hati karena cinta untuk pertama kalinya. Aku kalap, aku benar-benar merasa sedih stadium empat. Aku memutuskan kalau aku lebih baik pulang ke Sumedang saja, karena apabila aku terus-terusan di Jakarta, rasanya akan semakin sedih karena bayangan tentang Septian pasti akan terus menghantuiku. Rencanaku untuk liburan satu minggu di Jakarta kacau balau. Dengan terburu-buru, aku berkata pada ibuku kalau aku ingin pulang di hari ini juga. "Ma, Anggi pengen pulang ke Sumedang sekarang! Pokoknya sekarang! Mumpung papa lagi libur, mending Anggi pulang sekarang aja." ucapku memaksa. " Loh, kok gitu? Liburan kan masih panjang Nggi?" ibuku heran. " Pokoknya Anggi pengen pulang sekarang ma! Pliiiis?" pintaku. " Yaudah, beresin barang-barang kamu. Nanti sore kita ke Sumedang. Emang kenapa sih kok kamu mau pulang cepet?" tanya ibuku heran. " Ga apa apa ma, yaudah pokoknya sekarang pulang ya!" ucapku. Aku pun segera membereskan barang-barangku, dengan perasaan galau tentu saja. Setelah semuanya siap, aku dan keluargaku pun segera bergegas masuk ke mobil untuk berangkat ke Sumedang. Sebelum aku masuk ke dalam mobil, aku melihat rumahku, dan aku tinggalkan kenangan tentang Septian disana. Aku tak ingin diriku tersiksa oleh pikiranku sendiri, oleh kenangan yang telah aku lalui bersama Septian di hari-hari yang lalu. Akupun masuk kedalam mobil, dan mobil pun melaju. Di dalam mobil, aku hanya terdiam dan melamun. Terus terang aku masih belum bisa percaya kalau hubungan cinta monyet ini akan berakhir begitu saja. Yah, aku tahu aku memang masih kecil, aku tahu cinta yang aku rasakan ini hanyalah sebuah cinta monyet yang konyol. Tapi bagiku, ini adalah hal yang penting, hal yang sangat berarti untuk hidupku. Ternyata aku memang belum siap untuk menghadapi perasaan seperti ini. Benar apa kata Septian, aku masih 16 tahun dan jalan hidupku mungkin masih panjang. Tapi harus aku akui, aku masih belum bisa menerima kenyataan. Berkali-kali aku mencoba untuk menghilangkan bayangan dia dari otakku, tapi dia selalu saja muncul. Disaat aku tertidur di mobil pun, aku memimpikan dirinya. Aaah, sedih sekali rasanya, mengapa Tuhan selalu memberiku memori tambahan di dalam otakku untuk mengingat dirinya, dan mengapa Tuhan selalu memberiku mimpi-mimpi tentang dirinya? Aku benar-benar merasa down. Liburanku berubah menjadi liburan yang kelam. Aku capek memikirkan semua ini. Aku apatis, dan aku menjadi orang yang gampang parno. Ingin rasanya aku mengunci rapat-rapat hatiku untuk saat ini. Aku memang payah, konyol, lebay. Tapi harus bagaimana lagi, memang itulah kenyataannya. .............. Hari senin, tanggal 10 Januari 2011. Aku mulai sekolah hari ini, dan jujur saja aku masih belum siap untuk sekolah. Aku masih lelah, hatiku masih capek. Aku berusaha untuk seceria mungkin, tapi aku tidak sanggup. Bayangan itu, bayangan tentang cinta pertamaku masih terus menghantuiku. Parah. Aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk melupakannya, tapi? Tapi yang ada aku malah semakin mengingatnya. Tuhan selalu memberiku mimpi-mimpi tentang dirinya. Tapi tak bisa aku pungkiri kalau aku meraa senang juga disaat mimpi itu datang, karena di mimpiku itu, aku bisa bertemu dengan orang yang aku sayangi. Karena untuk bertemu di dunia nyata, rasanya aku tak sanggup. Disaat istirahat sekolah, Aku diam di kelas sambil makan makananku, dan aku berpikir kalau aku memang anak kecil, hanya anak kecil yang masih belum pantas mengetahui apa itu cinta. Rasanya, cukup untuk kali ini saja aku mengenalnya, dan mungkin aku akan mencoba lagi untuk merasakan cinta di masa yang akan datang, disaat aku sudah bukan anak kecil lagi. Yah, untuk sekarang aku hanya seorang anak kecil yang ingin mengenal apa itu cinta, walaupun menyakitkan. ............... |