![]() |
A Little Bit about Me
Anggi Rizky Firdhani.18 years old. Freshman of English Department of Universitas Padjadjaran. Lady gamers, kinda autism, ceria, dan baik hati haha. I'm the real Shinici Kudo's girlfriend ♥ Sundanese. RIOTERS!♥♥♥♥ FYI, this blog's still under construction ;) |
|
Twitter
![]() Chat
Contact
My Facebook
My Formspring
Archives
PingBox
|
Hey! HAHAHAHA
Untuk menghibur diri ditengah kesuntukan ini gara" gw udah keburu BOSAN TOTAL nungguin ids gw selesai ngepatch*halah*, gw iseng ngotak-ngatik drive D gw yg berisi sejuta kenangan hhohohoe ![]() Dan pas gw lagi buka salah satu file gw, gw ngakak setengah mampus pas nemu cerpen buatan gw pas buat tugas kmaren. Itu cerpen dibikin ngebut, ngambil tokoh seenak jidat, dibikin mati pula di ujungnya. Dan gara" gw mentok ide, akhirnya gw bawa nama laki gw sendiri -.- maaaaaff dud maaaf..hehehe. Gue udah bener" soak tuh bikin cerita, alhasil cerpen gw dikerjain berdua dah sama temen *baca:tetangga* gw, soalnya gw udah mentok sih. Akhirnya gw suruh aja tu temen gw bikin cerita awkakwkakw ![]() ![]() ![]() Itu pas lagi jaman"nya pelem paan dah, yang pokoknya pelem" mellow gtu,,yang sedih" lah.. Makanya tu tmen gw bikin cerpen yg isinya "sedih" juga,,hauhahahaa,,,,, karena konyoLnya udah parah bgt, akhirnya gw edit tu crita sedikit, tapi hasiLnya tetep kacau, jadi lebih kacau malah ![]() Dah ah , nih gw share cerpen gw yang bener" konyol,,,,Huahahahhaah Hey Sombong, I Love You! Oleh : Anggi Rizky F Pagi hari menyambutku dengan manisnya. Mentari mulai tersenyum merekah dibalik jendela kamarku, dah semilir angin terasa sejuk menyapaku. Hari ini, aku bangun pagi dengan sempurna, tepat pada pukul 6.30 pagi, tidak lebih dan tidak kurang. Entah mengapa seluruh energy positif membanjiriku hari ini. Kurasakan seluruh tubuhku ini dipenuhi oleh bulir bulir oksigen segar yang menyergapku. Intinya, aku merasa suatu ketenangan dan kesenangan di pagi hari ini, tapi entahlah apa penyebabnya. Oh ya, aku lupa memperkenalkan diriku. Namaku Gita Rizka Permana, panggil saja aku Gita. Kini aku bersekolah di salah satu SMA favorit di Bandung, tepat di kelas 1 SMA. Kini aku berusia 16 tahun. Banyak orang bilang kalau aku ini seorang gadis yang cerdas, menyenangkan, dan, hmm cukup menarik dan manis. Tapi jujur, aku sama sekali tidak pernah merasakan bahwa aku ini adalah anak yang cerdas, menarik, atau apa sajalah. Aku merasa bahwa aku ini adalah anak yang tidak PD-an, culun, dan tidak gaul. Tapi entah mengapa banyak orang yang menilaiku sebagai anak yang cerdas dan menyenangkan. Apa munkin karena sifatku yang sederhana dan tidak pilih-pilih dalam berteman? Ah entahlah, aku tak tahu. Kembali pada keadaanku di pagi hari ini. Setelah aku tersadar dan menghirup segarnya udara pagi hari dari jendela kamarku, bergegaslah aku untuk mandi dan segera bersiap-siap pergi ke sekolah, seperti biasanya. Entah mengapa hari ini aku benar-benar bersemangat untuk pergi ke sekolah, padahal biasanya aku tidak sesemangat ini. Sampai-sampai seluruh keluargaku pun heran melihat diriku yang benar-benar dipenuhi oleh rasa semangat. “ Gita, tumben kamu semangat bener hari ini? Emangnya ada apa sih? “ tanya Mama kepadaku pada saat sarapan, dengan penuh rasa heran. “ Hmm, nggak apa-apa sih Ma. Gita juga gak tau kenapa Gita ngerasa seneng banget hari ini. Hehehe “ jawabku asal-asalan. “ Dasar anak aneh, cepet abisin sarapanmu! “ omel Mama kepadaku. Aku pun segera menghabiskan sarapanku, dan segera bergegas menuju sekolah. Setibanya di sekolah, aku pun duduk manis di bangku ku, yaitu di baris ke tiga, urutan paling depan. Bel pun berbunyi, dan pelajaran pun siap dimulai. Saat aku sedang menyiapkan buku-buku pelajaranku, tiba-tiba Chica, teman sebangkuku, membisikkan sesuatu kepadaku. Aku sudah yakin kalau dia akan menggosipkan sesuatu kepadaku, karena Chica adalah biang gossip di kelas X-1 ini. “ Ta, denger-denger sekarang kelas kita bakalan kedatengan murid baru loh Ta! “ ucap Chica kepadaku. “ Hah? Masa sih? Anak mana dia? “ tanyaku sembari merapikan alat tulis. “ Kalo nggak salah sih dia pindahan dari Jakarta. Oh iya, namanya tuh kalo nggak salah Febrianto..hmm Febrianto apaan ya? Aduhh lupa aku nama kepanjangannya ! “ ujar Chica sambil garuk-garuk kepala karena lupa. “ Hahaha dasar dodol kamu! Katanya biang gossip, tapi kok pelupa sih. Hahaha payaaah ah kamu Cha! “ ledekku sembari mencubit tangan sahabatku yang satu ini. Waktu sudah menunjukkan pukul 7.40, itu berarti sudah 1 jam pelajaran terlewati. Akan tetapi, tidak ada satupun guru yang masuk ke kelas ini. Suasana kelas pun menjadi ribut tak terkendali. Ada yang main gitar sambil nyanyi-nyanyi, ada yang ngerumpi, ada yang pergi ke kantin, ah pokoknya suasana kelas saat ini benar-benar ribut, super duper ribut! Chica teman sebangkuku, sedang sibuk membaca buku tentang ramalan astrologi miliknya. Sedangkan aku disini lebih memilih main handphone saja daripada ikut ribut. Akan tetapi keributan itupun segera berubah menjadi keheningan yang terjadi secara tiba-tiba. Pak Dede, wali kelasku, datang secara tiba-tiba ke dalam kelas. Hal itu jelas saja membuat suasana kelas menjadi mendadak hening. Para murid pun kocar kacir menuju tempat duduknya masing-masing. Lalu setelah suasana kelas menjadi tenang, Pak Dede pun angkat bicara di depan kelas. “ Selamat pagi anak-anak! “ sapa Pak Dede. “ Selamat pagi Pak. “ jawab murid-murid dengan serempak. “ Anak-anak, pada hari ini kalian akan mendapatkan teman baru dari Jakarta. Bapak harap kalian bisa menerima teman baru kalian ini dengan baik. Febri, cepat masuk sini! “ ucap Pak Dede seraya memerintah Febri, si murid baru itu untuk masuk ke dalam kelas. “ Tuh kan, bener kalo sekarang kelas kita bakalan kedatengan murid baru dari Jakarta! Wehehe, eke emang sumber gossip yang tepat! “ ucap Chica kepadaku sambil membanggakan diri. “ Hahaha, iya biang gossip! Ampuun daah! “ ujarku sambil tertawa dan mencubit kembali tangan Chica. Akhirnya aku menemukan alasan mengapa aku semangat sekali untuk bersekolah di hari ini. Karena hari ini aku akan mendapatkan seorang teman baru dari luar kota! Tak lama kemudian, masuklah sesosok laki-laki yang bernama Febrianto alias Febri itu. Ia masuk kedalam kelas dengan hati-hati dan canggung, maklum namanya juga murid baru. Setelah itu, ia pun segera melangkah menuju depan kelas dan berdiri di samping bapak wali kelas. “ Silahkan perkenalkan dirimu sekarang ! “ perintah Pak Dede. Setelah mengatur nafas dan terdiam sejenak, grogi mungkin, Febri pun segera angkat bicara untul memperkenalkan dirinya kepada teman-teman barunya. “ Pagi semua. Namaku Febrianto, kalian bisa panggil aku Febri…” Febri terdiam, sepertinya ia tidak tahu harus berkata apa lagi. “ Ayo Febri, apalagi yang ingin kamu sampaikan? “ bujuk Pak Dede kepada Febri. “ Hmm, saya rasa cukup segitu aja pak.” Ucap Febri singkat. Akhirnya setelah memperkenalkan diri, ia pun duduk dengan Chandra, salah satu temanku. Terlihat ekspresi canggung dan malu terpancar dari wajah Febri. Seluruh pengelihatan penghuni kelas pun tertumbuk satu tujuan, yaitu pada bangku baris ke 1, urutan paling belakang, karena di bangku itulah sang murid baru akan duduk selama 1 semester. Akupun turut serta menoleh ke bangku itu. Setelah Febri duduk, Pak Dede pun pergi meninggalkan kelas, dan sekarang datanglah guru Pkn ke dalam kelas untuk memberikan materi. Sambil mendengarkan guru Pkn berceramah, akupun tanpa sadar melamun, memikirkan murid baru itu. Febrianto, si murid baru itu, sekilas kulihat ada hal yang menarik dari orang itu, tapi aku tak tau apa hal menariknya itu. Dia tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, sedang-sedang saja. Dia tidak begitu ganteng pikirku. Dia berkulit agak gelap, tidak hitam sih, hmm coklat tua lah lebih tepatnya. Rambutnya dipangkas cepak. Jujur saja, dari segi fisik, maaf, dia tidak ada menarik-menariknya. Tapi entah mengapa, daritadi aku selalu memperhatikan anak yang satu ini, entah apa alasannya. “ Woi Gita! Ngapain bengong? Nanti kesurupan enak loh, hahaha.” sentak Chica kepadaku. Akupun segera tersadar dari lamunanku, dan segera memperhatikan guru PKn ku kembali. Bel istirahat pun berdering. Akupun segera beranjak dari bangkuku untuk pergi ke kantin. Hampir seluruh penghuni kelas menghambur keluar kelas, tapi tidak untuk Febri. Dia hanya duduk terdiam di bangkunya. Sebelum aku pergi keluar kelas untuk jajan, aku pun memberanikan diri untuk mendekati dirinya. “ Hmm, halo Febri. Kok gak ikut jajan sama yang lain? “ tanyaku. “ Gak laper.” jawab Febri singkat. Wow, dingin sekali anak ini! Padahal aku tanya dia baik-baik, tapi malah dijawab dengan singkat dan ketus gitu. Hmm. “ Oh gitu ya. Oh iya salam kenal ya, namaku Gita.” ujarku seraya menyodorkan tangan untuk berkenalan. Kukira ia akan menjawab perkenalanku, akan tetapi ia hanya diam saja sambil bersalaman denganku, lalu memalingkan muka. Uuuh, sombong sekali anak baru ini. Kukira dia anak yang baik dan enak diajak ngobrol. Tapi ternyata? Ah aku jadi kecewa padanya. Akhirnya akupun meninggalkan ia sendirian di kelas, dan akupun segera meluncur pergi ke kantin. ***** Hari demi hari, dan minggu demi minggu pun berlalu. Tak terasa sudah 1 bulan Febri menjadi murid di kelas X-1 ini. Perubahan signifikan belum terlihat dari dirinya. Ia masih saja sombong dan dingin. Anak-anak pun, termasuk aku, rata-rata tidak menyukai dirinya karena dia sombong. Tapi entah mengapa, walaupun aku tidak begitu menyukai dia, tapi semakin hari aku menjadi semakin tertarik dan penasaran pada dirinya. Aku penasaran mengapa dia bisa sesombong dan sedingin itu? Aku penasaran mengenai kehidupannya, kepribadiannya, pokoknya semuanya tentang dia. Aku heran pada diriku sendiri, apa mungkin aku suka padanya? Ah tidak, tidak mungkin! Anak nyebelin kayak gitu masa aku sukain sih? Bel istirahat berdering, dan akupun seperti biasa pergi ke kantin ditemani oleh Chica. Kami pun memesan mie pangsit favorit kami. Selagi menunggu pesanan, aku dan Chica pun mengobrol-ngobrol sebentar. “ Ta, mau tanya dong. “ ujar Chica. “ Tanya apaan?” jawabku singkat seraya memainkan handphone. “ Hmm, menurut kamu Febri itu anaknya gimana sih?” tanya Chica. Aku tersentak. Dengan rasa heran, akupun menjawab pertanyaannya. “ Febri? Hmm, setau aku sih dia anaknya dingin dan pendiem. Tapi gak tau ah. Emang kenapa sih?” “ Oh gitu ya. Hmm, kok aku ngerasa gimanaa gitu sama Febri.” ucap Chica sambil menopangkan dagunya. Deg! Aku kembali tersentak. Lalu akupun bertanya pada Chica mengenai perasaannya kepada Febri. Akan tetapi obrolan kami terhenti karena mie pangsit pesanan kami sudah sampai di meja kami. Akhirnya, Chica pun tidak sempat menjawab pertanyaanku itu. Kami pun makan hingga bel masuk berdering kembali. Akhirnya bel pulang sudah berbunyi. Akupun segera bergegas pulang ke rumah. Setibanya di rumah, aku duduk di teras sambil termenung. Aku merasakan suatu perasaan yang aneh. Rasa curiga, sedih, cemburu, berbaur jadi satu. Masa iya aku cemburu pada Chica, sahabatku sendiri? Ah aku bingung! Kini aku benar-benar terjebak dalam perasaanku sendiri! Apakah aku mencintai Febri? Kalau aku tidak cinta, mengapa aku merasa ‘panas’ saat Chica mengungkapkan perasaannya mengenai Febri? Aaaah aku bingung! ***** Esok pun datang dengan sendirinya. Aku terbangun dengan lesu. Kumulai hariku tanpa rasa semangat. Entah mengapa hari ini aku merasa lemaaaah sekali. Keluargaku pun heran melihat diriku yang begitu lesu nya. Akhirnya, akupun pergi ke sekolah dengan kadar kesemangatan sebesar 5% saja. Setibanya di sekolah, seperti biasa aku belajar. Lalu, akupun bertanya kepada Chica mengenai perasaannya kepada Febri. “ Eh Cha, aku mau tanya boleh nggak?” tanyaku. “ Kenapa ta?” jawab Chica. “ Hmm, gini Cha, kan kemarin kamu bilang kalo perasaan kamu ke Febri tuh gimanaaa gitu. Nah, maksudnya apaan sih Cha? Hehehe “ tanyaku sambil agak malu-malu. Chica memandangku sambil tersenyum jahil. Lalu ia menggodaku. “Ahaha, emangnya kenapa Ta? Kok penasaran banget?” “ Eng..enggak kenapa-kenapa kok! Cuma tanya aja! Hehee” jawabku gelagapan. “ Aaah, jangan boong! Kamu naksir Febri yaa?” goda Chica Degh! Jantungku serasa copot. Sumpah aku bingung harus jawab apa. Harus kuakui, semakin hari aku semakin menaruh perhatian kepada Febri, walaupun sikapnya dingin sedingin es dan wataknya keras sekeras batu. Tapi yang namanya cinta, kan gak tau datangnya dari mana. Akupun gelagapan untuk menjawab pertanyaan Chica. “ Ahaha, ketauaan deh kamu! Kok diem aja sih? Kamu cinta Febri kan? Ahaha gak apa-apa kok Ta, ngaku aja! Aku gak cinta sama dia kok. Maksud aku tuh aku Cuma penasaran aja sama dia, gak lebih! Suer dah! “ ujar Chica padaku. Perkataannya sontak membuatku kaget. “ Euu..aduuh..gimana ya? Aah Chicaaa, aku juga bingung sama perasaan aku sendiri. Aku heran kenapa akhir-akhir ini aku suka mikirin Febri, merhatiin Febri, khawatirin Febri, aaah pokoknya macem-macem deh. Padahal kan Febri anaknya nyebelin Cha. Aaah biinguuung aku chaa, perasaan apa sih ini? Kok nyiksa bangeet.” beberku pada Chica panjang lebar. Dengan mantap Chica pun menjawab, “ Itu namanya cinta Ta!” Aku terhenyak. Ya, aku cinta Febri si sombong itu. Aku benar-benar menyayanginya, apapun keadaannya. Tapi aku tidak tahu mengenai perasaannya kepadaku. Apakah dia cinta juga padaku? Setahuku, hanya akulah yang sering menyapa, memperhatikan, dan tersenyum pada dia. Aku hanya bisa berharap bahwa perasaanku ini akan terbalas olehnya. ***** Hari demi hari berlalu, sudah 1 minggu Febri tidak masuk sekolah. Akupun gusar karena ia absen tanpa memberikan kabar yang jelas. Orang tua Febri hanya memberitahukan bahwa anaknya sakit, sehingga tidak bisa sekolah. Tapi aku heran, sakit apa dia sampai-sampai 1 minggu tidak masuk? Disaat jam pelajaran kedua, tiba tiba datanglah seorang ibu ke dalam kelasku. Pak guru pun menghampirinya, dan terlihat mereka sedang berbincang-bincang. Lalu tiba-tiba, pak guru memanggil namaku untuk menghampirinya. “ Gita, coba kesini, ibunya Febri mau bicara sama kamu” perintah pak guru kepadaku. Aku kaget. ternyata itu adalah ibunya Febri, orang yang aku sayangi selama ini. Ada apa ia datang kemari? Dan ada apa dia mencari diriku? Tanpa menunggu lama, akupun menghampiri ibunya Febri yang sudah menunggu di ambang pintu kelas. “ Siang Tante, maaf ada apa ya?” tanyaku “ Begini sayang, kamu mau gak ke rumah Febri sekarang? Dia dari kemarin pengen ketemu kamu.” ujar ibunya Febri. Aku kaget setengah mati. Febri ingin bertemu denganku? Oh Tuhan, mimpi apa aku semalam. Tanpa menunggu lama, akupun segera meminta izin kepada pak guru dan segera bergegas menuju rumah Febri. Banyak teman yang menyorakiku, tapi aku tak pedulikan semuanya. Karena di otakku hanya ada Febri, Febri, dan Febri. Perasaan degdegan dan khawatir bercampur menjadi satu di benakku saat itu. ***** Akupun tiba di rumah Febri. Rumahnya luas dan megah, ternyata ia berasal dari golongan orang mapan. Lalu akupun dituntun oleh ibunya Febri untuk menuju kamarnya febri. Aku degdegan setengah mati! Kurasakan mukaku sudah merah semerah apel. Dan saat kamarnya ditemukan, tampak beberapa orang berkumpul didepan kamarnya Febri, beberapa temannya menyambut “Masuk nak, sudah ditunggu Febri.” ujar seorang bapak-bapak yang ternyata adalah ayahnya Febri. Terlihat saat memasuki kamar itu, banyak yang sedang meneteskan air mata, wajah-wajah penuh kesedihan terlihat di muka keluarga Febri dan teman-temannya. Akupun dilanda rasa heran. “Hai Febri” tanyaku sembari tersenyum “Maaf aku meminta kamu datang tiba-tiba.” ujar Febri seraya tersenyum Suasana pun hening sejenak. Aku duduk di samping kasur Febri. Ayah dan Ibu Febri pun duduk disampingku. Tiba-tiba, Febri berbicara kepadaku, “ Gita, aku ingin kamu tau kalo selama ini aku sayang kamu, dan bahagia banget bisa kenal dan tau kalo ternyata kamu sayang juga sama aku. Aku tau kalau kamu cinta aku pas aku gak sengaja denger pembicaraan kamu sama Chica di kelas tempo hari. Jujur baru kali ini aku ngerasa dicintain sama seseorang. Bener kan kamu sayang sama aku Ta?” ucapnya lirih. Aku hanya terdiam, tak terasa air mata sudah jatuh di pipiku. “ Kamu sebenernya sakit apa sih Feb? “ tanyaku sambil terisak. Febri hanya terdiam, dan tiba-tiba ia pun berkata , “Pah.. Mah…Gita…. kalo aku pergi, jangan tangisi aku… karena ini adalah hari terbahagiaku selama aku hidup, bisa bersama dengan orang-orang yang sangat aku cintai, dan bisa berkumpul dengan kalian yang begitu menyayangi aku juga… dan karena ada Gita … karena dia.. aku sangat bahagia juga Ma…” Akupun hanya bisa menangis, terisak sejadi-jadinya. Sungguh benar-benar menyedihkan melihat orang yang sangat kita cintai berkata seperti itu. “ Febri, kamu kok ngomong gitu? Kamu kenapa sih? Aku harus apa sekarang? Aaah Febri kok kamu ngomong gituu?” tanyaku sambil tak kuasa menahan tangis. “ Aku Cuma pengen kamu kecup dahi aku sekarang. Boleh kan Gita?” pinta Febri lirih. Gita mengecup dahinya pelan-pelan dan saat dia mengecup dahinya, Febri berkata dengan lirih, “Gita… Aku ingin bilang, kalau aku sayang kamu dan terima kasih kamu bisa datang dan membuat hari ini adalah hari yg paling bahagia untuku. Dan ingat, aku akan selalu ada dihatimu. Karena kamu sayang sama aku.” Pelan-pelan tubuh Febri mulai melemas. Dan matanya menutup perlahan…Dan dia pun tersenyum manis, manis sekali. “Aku.. Sayang….. k a m u….Gita” “ Aku juga sayang kamu” ucapku lirih seraya memeluk tubuh Febri yang sudah melemas. Dan akhirnya Febri menghembuskan nafas terakhirnya, dipelukanku. Febri pergi dengan meninggalkan wajah punuh kedamaian dan tersenyum. Lalu ibunya Febri memelukku dan bercerita kalau Febri terkena kanker pankreas stadium akhir, dan sudah mengidap selama 1 tahun. Seharusnya menurut dokter dia masih bisa bertahan hingga 6 bulan lagi. Tapi kemarin tiba-tiba Febri minta dipindahkan dikamar biasa saja,tidak ingin di rumah sakit, dan menunggu Gita… Dia ingin habiskan waktu-Waktu terakhirnya dengan orang-orang yang dia cintai. ***** Paginya, saat pemakaman Febri, tampak wajah-wajah yang bahagia bukan kesedihan. Karena mereka semua mengerti, kata-kata terakhir yang Febri ucapkan benar, Febri pergi dengan sangat bahagia dan tak ada alasan apapun untuk bersedih karena kepergianya. Dan saat melihat isi peti mati terlihat wajah Febri yang damai dan tersenyum. Dan sorenya saat Ibunya Febri mempersilahkanku untuk mengambil barang-barang Febri apapun yang bisa aku jadikan kenangan, aku menemukan sepucuk note,yang tertulis : “Tuhan terimakasih Kamu sudah menemukanku dengan seorang bidadari bernama Gita, aku belum pasti apakah dia mencintaiku apa ga, dia gak pernah menyimpan foto-foto ku, tapi yang jelas aku amat sangat menyayanginya… aku tetap tulus menyayanginya dan aku yakin didalam hatinya dia juga menyayangiku… aku bisa merasakanya Tuhan… aku akan selalu tersenyum untuknya… selamanya hingga saat terakhirku pun aku pasti akan tetap tersenyum untuknya… aku gak berharap agar Tuhan menyembuhkan penyakitku… asal aku bisa melihat senyumanya Gita, dan tau kalo dia juga benar-benar menyayangiku.. aku kira itu cukup bagiku… aku hidup untuk mencari kebahagian… dan aku sudah menemukan kebahagianku dalam Gita… bidadariku… terimakasih untuk semuanya Tuhan” Aku hanya bisa tersenyum sambil menangis, dan aku berjanji akan terus menyayanginya, walau kita sudah berbeda dunia. Hey murid baru yang sombong, I love you very much! Walau kamu sudah tak ada, kamu akan selalu menjadi si murid baru yang sombong dan dingin dihatiku, dan aku akan selalu mencintaimu, selamanya. Sayangilah seseorang yang kamu miliki karena tanpa sadar kamu beruntung sudah memiliki nya -TAMAT- Huahahahhaa... Yah namanya juga karya anak slebor akwkawkkaw.... Btw itu endingnya bikin muntah yak ,,LEBAY BANGET AWKAKWAWKAKW ..gue aja bacanya sampe merinding gini... Mohon maap dah kalo ceritanya kepanjangan..AHUAHUAA
|